Full Day School Tapi Anak Malah Lelah Mental? Mari Bicara Ulang soal Beban Belajar

Di era modern ini, banyak sistem pendidikan yang terus mengalami perubahan demi meningkatkan kualitas belajar siswa. Salah satu perubahan yang cukup populer adalah penerapan full day school, yaitu sistem sekolah dengan jam belajar yang lebih panjang dibandingkan sekolah reguler. situs neymar88 Di atas kertas, konsep ini dinilai dapat memberikan kesempatan lebih besar bagi siswa untuk belajar dan beraktivitas secara terpadu dalam satu hari. Namun, belakangan muncul fenomena yang memperlihatkan bahwa anak-anak yang mengikuti full day school justru mengalami kelelahan mental. Artikel ini akan membahas bagaimana beban belajar dan pola sistem full day school dapat berkontribusi terhadap kondisi mental anak, serta mengapa perlu ada peninjauan ulang terhadap pendekatan pendidikan yang diterapkan.
Tujuan dan Harapan di Balik Full Day School
Full day school pada dasarnya dirancang untuk memberikan waktu lebih banyak dalam proses pembelajaran. Dengan durasi sekolah yang lebih lama, anak-anak diharapkan mampu menyerap materi dengan lebih baik, mengikuti berbagai aktivitas pengembangan diri, serta mendapatkan bimbingan yang lebih intensif. Sistem ini juga diharapkan mampu mengurangi beban belajar di rumah, sehingga anak-anak tidak lagi dibebani pekerjaan rumah yang berat.
Selain itu, sekolah yang menerapkan full day school biasanya juga menyediakan program ekstrakurikuler yang beragam, mulai dari seni, olahraga, hingga pengembangan karakter. Dengan demikian, harapannya siswa tidak hanya pintar secara akademis, tapi juga berkembang secara sosial dan emosional.
Realita di Lapangan: Kelelahan Mental Anak yang Terabaikan
Namun, kenyataannya tidak selalu sesuai harapan. Banyak laporan dan studi yang menunjukkan bahwa siswa full day school cenderung mengalami kelelahan mental lebih cepat dibandingkan dengan siswa pada sistem reguler. Anak-anak sering mengeluhkan rasa lelah yang tidak hanya fisik, tapi juga psikis. Jam belajar yang panjang tanpa jeda yang cukup membuat mereka kehilangan motivasi belajar dan merasakan stres yang cukup tinggi.
Selain itu, walaupun waktu di sekolah lebih lama, beban belajar tidak serta merta berkurang. Seringkali, anak masih mendapatkan pekerjaan rumah yang banyak dan tuntutan akademik yang tinggi. Hal ini menambah tekanan dan menyebabkan anak sulit memiliki waktu berkualitas untuk beristirahat dan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Dampak Hilangnya Waktu Bermain dan Relaksasi
Salah satu konsekuensi serius dari full day school yang padat adalah hilangnya waktu bermain dan relaksasi. Bermain bukan hanya sekadar hiburan, melainkan bagian penting dari tumbuh kembang anak. Melalui bermain, anak belajar banyak keterampilan penting seperti kreativitas, interaksi sosial, dan pengelolaan emosi.
Ketika waktu bermain berkurang atau tergantikan oleh jam belajar yang panjang, keseimbangan hidup anak menjadi terganggu. Anak yang seharusnya mendapat kesempatan untuk eksplorasi dan istirahat, malah terjebak dalam rutinitas belajar yang melelahkan. Ini dapat menimbulkan gejala kelelahan mental yang berujung pada turunnya kualitas hidup dan pembelajaran.
Tanda-Tanda Kelelahan Mental pada Anak
Kelelahan mental pada anak sering kali sulit dikenali secara langsung oleh orang tua dan guru. Namun, ada beberapa tanda yang bisa menjadi indikator anak mengalami stres dan tekanan berlebih. Misalnya, anak menjadi mudah marah, susah fokus, menunjukkan penurunan semangat belajar, dan menjadi lebih tertutup atau menarik diri dari lingkungan sosial.
Selain itu, anak juga bisa mengalami gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, hingga mudah lelah. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, risiko masalah psikologis jangka panjang seperti kecemasan dan depresi bisa meningkat, bahkan pada usia anak-anak.
Evaluasi dan Penyesuaian Sistem Pendidikan
Melihat berbagai dampak tersebut, penting untuk dilakukan evaluasi terhadap sistem full day school dan beban belajar yang diberikan. Pendidikan bukan hanya soal durasi belajar, tapi juga soal kualitas dan keseimbangan. Beberapa negara maju justru menekankan pendekatan pembelajaran yang lebih singkat namun efektif, dengan memberikan ruang yang cukup untuk kreativitas dan kesejahteraan anak.
Sekolah perlu menerapkan metode pembelajaran yang lebih inovatif, menarik, dan fleksibel, sehingga anak tidak merasa terbebani. Penyesuaian jumlah tugas rumah dan program ekstrakurikuler yang disesuaikan dengan kebutuhan anak juga sangat penting untuk menjaga kesehatan mental mereka.
Menjaga Keseimbangan antara Akademik dan Kesehatan Mental
Sistem pendidikan yang ideal adalah yang mampu menyeimbangkan antara pencapaian akademik dan kesejahteraan psikologis anak. Anak perlu mendapatkan waktu yang cukup untuk belajar, istirahat, bermain, dan berkegiatan yang mendukung perkembangan diri secara menyeluruh.
Kelelahan mental yang dialami anak akibat beban belajar yang berat harus menjadi perhatian utama semua pihak, mulai dari pendidik, orang tua, hingga pembuat kebijakan. Dengan pendekatan yang tepat, pendidikan dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus bermakna, tanpa mengorbankan kesehatan mental anak.
Kesimpulan
Full day school merupakan upaya meningkatkan waktu dan kesempatan belajar siswa, namun jika tidak diimbangi dengan pengelolaan beban belajar dan metode yang tepat, justru dapat menimbulkan kelelahan mental. Keseimbangan antara jam belajar, waktu istirahat, bermain, dan aktivitas non-akademik sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan mental anak.
Tanda-tanda kelelahan mental pada anak harus dikenali dan ditangani dengan serius agar tidak menimbulkan dampak psikologis yang lebih dalam. Evaluasi ulang terhadap sistem pembelajaran dan penyesuaian metode pendidikan menjadi langkah penting untuk memastikan anak dapat berkembang optimal secara akademik dan emosional.
Leave a Reply